Bisnis ritel masih tetap menjanjikan di tahun 2009. Lantaran orang tetap mencari kebutuhan sehari- hari. Yang jadi raja adalah mini market.
Kalau krisis global terus menjalar hebat sehinga mengakibatkan semua sektor ambruk, mungkin sektor ritel yang paling akhir tumbang. Pasalnya, bisnis ritel menjajakan berbagai macam kebutuhan masyarakat, termasuk berbagai kebutuhan pokok.
Singkst kata, ritel selalu dan akan selalu di cari dan didatangi orang. Dan, sepanjang tahun selalu saja ada saat- saat yang membuat pemiliknya penen. Misalnya, hari hari menjelang Hari Raya Lebaran. Pada priode itulah para peritel mengalami pertumbuhan penjualan yang cukup signifikan.
Menurut hitungan Asosiasi Pegusaha rutel Indonesia Aprindo, sektor ritel ini tumbuh antara 25%- 30% dibanding dengan tahun 2007 kemarin. Angka omzetnya terbilang dahjsyat, sekitar Rp 70 triliun per tahun. “ Pertumbuhan di tahun 2008 terbilang cukup bagus, “ kata Tutum Rahatna, Ketua Harian Aprindo.
Hanya, meski di lapangan banyak peritel yang melakukan ekspansi, seperti menambah gerai, toh pihak peritel sendiri menilai, pada tahun 2008 ini pun daya beli masyarakat mulai sudah mulai kendor.
“ Terutama setelah terjadi kenaikan harga BBM akibat naiknya harga minyak dunia, “ kata Irwan D. Kadarman, Direktur Korporat PT Carrefour Indonesia. Akibatnya, masyarakat jadi lebih mengedepankan produk makanan dan minuman ketimbang kebutuhan pokok lain nya , seperti pakaian atau malah elektronik.
Dengan begitu, kocek para peritel, mulai dari kelas rumahan, mini market, hingga hypermarket, sangat tertolong oleh tindakan konsumen berbelanja barang- barang konsumsi. Peritel pun menyamutnya dengan menjalankan barang yang hampir seagian besar adalah barang kebutuhan pokok. Tidak terkecuali hypermarket sekelas Carrefur pun menjajakan makanan dan minuman di sebagian besar areal dagangnya.
A C Nielsen sendiri mencatat pertumbuhan penjualan barang- barang makanan dan minuman di tahun 2008 sebesar 28%. Jauh meninggalkan pertumbuhan yang diraih produk kebutuhan pribadi ( personal care ) sebesar 16% dan kebutuhan rumah tangga ( homecare) yang Cuma 12%. “ Walau ada peningkatan harga, tapi justru penjualan sektor makanan dan minuman meningkat, “ kata Yongky Suryo Susilo., Direktur Layanan Peritel PT AC Nilsen Inonesia.
Tumbuh tapi sedikit
Tak anehlah bila dimata investor, sektor di tanah Air ini terlihat sangat molek. Peristiwa bisnis di tahun 2008 pun menjadi bukti yang memperkuat pendapat ini.. lihat saja aksi Carrefur Indonesia mencaplok ALFA Gudang Rabat. Lantas masuknya peritel Raksasa asal Korea Selatan Lotte GROP yang mengambil alih PT Makro Indonesia. Dan, merambahnya Alfamart ke kelas antara supermarket dan mini market, yakni midimarket, bermerek Alfa Midi.
Meski demikian, para peritel mengakui bahwa tahun 2009 nanti pertumbuhan sektor yang tahan banting ini tidak sebaik pada tahun 2008. “ Pertumbuhannya tidak sebagus tahun ini, “ lanjut Tutum. Ia yakin, imbas krisis sudah mulai terasa di tahun 2009 nanti. Jika ini terjadi, pasti masyarakat bakal memlih kebutuhan yang paling utama yang akan mereka beli. Yakni, kebutuhan pokok, dan melewatkan dulu kebutuhan sekundr, apalagi tersier.
Kalangan peritel sendiri memprediksi pertumuhan bisnis ritel pada 2009 rata –rata sebesar 10% -15 % saja. Angka nominalnya sekitar Rp 75 triliun- R 80 triliun.
Walau tumbuh, para peritel mengaku belum puas dengan kondisi tersebut. Menurut hitungan, seharusnya laju pertumbuhan ritel di tahun kerbau bisa mencapai 15%-20%. Salah satu biang keladinya adalah lonjakan inflasi yang masih relative tinggi. Berarti, kerja para peritel bakal lebih keras lagi di tahun 2009.
Asal tahu saja, sifat bisnis ritel adalah bisnis pasif. Artinya, mereka menunggu pembeli datang. Jadi, tidak menjemput bola laiknya bisnis multilevel marketing.
Karakter bisnis yang pasif ini mengharuskan para peritel beradu strategi pasar untuk menarik minat pembeli. Makanya, kerap terjadi perang harga gila –gilaan sambil menyebut dirinya sebagai yang termurah.” Ini semua dilakukan demi menggaet minat pembeli.
Dan, gaya promosi ini umunya dilakoni seluruh pebisnis ritel.
Nah, berikut ini gambaran prospek bisnis bisnis para peritel pada tahun kerbau.
Semua peritel sudah mengambil ancang – ancang untuk memasuki tahun 2009, lantaran ada peritel baru yang bakal meramaikan pasar.
Hypermarket
Semenjak Carrefour menancapkan kuku di kancah bisnis ritel Tanah Air, deman hipermarket tampaknya makin menjadi. Beberapa pemain langsung mengekor langkah perusahaan Prancs ini, seperti Giant, Hypermart, serta Lotte yang mengakuisisi Makro.
Kesan serba luas dan serba lengkap, serta rapid an bersih, jadi keungulan utama hipermarket. Inilah yang membuat banyak orang lebih memilih berbelanja di pasar ritel raksasaini, khususnya untuk belanja bulanan.
Sampai saat ini, Carregour tetap menjadi raja peritel kelas hipermarket. Menurut kalangan peritel, Carrefour menggenggam pangsa pasar sebesar 25%. Kemudian, di ikuti Hypermart yang menggaet 15% pangsa. Baru setelah itu posisi dtempati GIANT serta Makro.
Menurut Yongky, Carrefour sangat berjaya di Jabodebatek dan sekitarnya. Para pemain hipermarket lainpun mengaku kalah dengan peritel Negeri anggur itu. “ Tapi, kalau di luar Jawa justru Hypermart, “ kata Yongky, sambil menyebut Sumatra dan Sulawesi sebagai wilayah Hypermart melakukan ekspansi.
Namun, ukuran raksasa rupanya menjadi kendala para peritel gajah dalam melangkah maju, terutama dalam mnambah gerai. “ Untuk mendapatkan okasi yang cocok memang sulit, “ kata Sugianto Wibawa, Direktur Operasional PT Hero Supermarket Tbk, yang membawahi hipermarket Giant.
Selain rada sulit dalam menambah gerai, Sugianto juga menilai kalau perkara mencari lokasi itu pun masih di tambah dengan satu syarat yang tidak boleh kurang. Yakni, soal pasokan listrik yang harus memadai. Artinya, selain lokasi yang pas, para peritel juga harus mendapatkan lokasi yang punya pasokan listrik dahsyat, yang bisa menerangi seluruh areal hipermarket.
Tidak perlu heran kalau di tahun2009 nanti para pebisnis di bidang ritel ini tidak terlalu jor- joran dalam membuka lading bisnis. “ Kalau untuk menambah gerai, yang pasti kami juga akan ekspansi, “ kata Irawan.
Matahari Putra Prima yang membawa bendera HYPERMART juga melakukan hal yang searah. Yakni, tidak akan melakukan ekspansi besar- besaran di 2009.
“ Untuk ekspansi kami memang mengerem dulu, “ kata Danny Konjongian, Direktur Korporat Komonikasi PT Matahari Putra Prima . menurut Danny, bakal ada tambahan 6gerai Hypermart lagi. Sehingga, sesuai dengan rencana, jumlahnya akan jadi 49 gerai.
Lagi- lagi factor krisis global menjadi perhatian utama Matahari Putra Prima. Setelah melihat dan menganalisis imbas dari lesunya ekonomi dunia, Danny belum melihat kapan krisis ini bakal bekhir. “ Ekonominya belum terlihat, nih, “ ucapnya.
Untuk mengatipasi sabetan krisis itu,, Mathari – termasuk di dalamnya Hypermart – bakal lebih focus untuk memperbaiki dan mempertahankan gerai yang sudah ada. Caranya dengan mengatur arus kas secara benar. Menurut Danny, dengan dana tunai sebesar Rp 2triliun. Matahari tidak akan kesulitan untuk menpertahankan diri dari gempuran krisis.
Adapun Carrefour, meski mengaku akan terus berekspansi, yang dia kedepankan tampaknya adalah langkah yang serupa dengan Hypermart. Yakni, lebih kepada pembenahan ke dalam. Misalnya, menempatkan produk- produk yang tepat sesuai dengan wilayah Carrefour berada. Sekedar contoh, antara cabang Carrefour di Lebak Bulus dan ITC Permata Hijau pasti ada produk yang tidak sama. Di permata Hijau lebih banyak produk impor ketimbang cabang lainnya.
Untuk lebih bisa bersaing, Carrefour juga terus menambah produk – produk kebutuhan pokok yang berlabel produk ini. “ Tujuannya memang satu, memberikan produk yang murah bagi konsumen, “ kata Irawan. Ia menyebut program ini tergolong sukses menjaring pasar.
Supermarket dan department store
Boleh dibilang, kelas supermarket adalah peritel yang terjepit di antara ekspansi hipermarket dan mini market. Menurut catatan Nielsen, pertumbuhan penjualan di segmen supermarket masih kalah ketimbang hypermarket atau mini market . “ Pertumbuhan supermarket pada tahun 2008 Cuma 6% kata Yongky.
Imbasnya tampak jelas. Hero supermarket, misalnya, menciut kan gerai yang dirasa tidak produktif. Hingga, akhirnya dia mempertahankan gerai hero Supermarket yang betul- betul pas dengan segmen pasar yang dituju, yakni menengah ke atas. “ Barang – barang yang ada di Hero pu kebanyakan barang pilihan dan impor, “ kata Sugianto Wibawa.
Strategi Hero yang lebih memilih focus di produk kelas atas alias spesialis juga di lakoni Superindo . untuk bisa bertahan hinggakini .
Adapun kelas department store condong stagnan. Para pemain nya masih yang itu –itu saja, yakni Matahari Depatement STORE DAN Ramayana Departemen Store. Sama seperti di kelas supermarket, para pemain di tingkat department store ini tidak terlalu ambisius untuk ekspansi.
Ambil contoh Matahari. Meski mengaku department store goncanganya masuk prioritas pengembangan , tapi pihak manajemen hanya berani melakukan ekspansi tidak lebih dari empat gerai saja. “ Kami sendiri juga akan bijak dalam hal pembelanjaan, “ tukas Setyadi Surya, Direktur Sumberdaya Manusia dan Humas PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk.
Minimarket
Jika para pemain hipermarket dan supermarket mengerem laju ekspansi, tidak demikian halnya dengan minimarket. Bukanya berkurang, justru target yang disampaikan para peritel minimarket di tahun 2009, ini sungguh mencengangkan. Indomaret, misalnya raja minimarket ini punya target di tahun 2009 mencapai 4.000gerai. ini artinya bertambah 900unit dibanding dengan tahun 2008. adapun pertambahan gerai sepanjang 2008 Cuma 675 unit.
Alfamart pun tidak tinggal diam. Tahun 2009, manajemen Alfaria punya target menambahkan toko sebanyak 500gerai, sehingga total gerai Alfamart bakal menjadi 3.250unit pada tahun 2009. target ini jelas melesat ketimbang penambahan jumlah gerai di tahun 2008 yang mencapai 484unit.
Menurut Nelsen, salah satu sebab yang membuat para peritel melakukan ekspansi adalah pertumbuhan penjualan minimarket sepanjng tahun 2008 yang melesat jauh meninggalkan para peritel lainnya. Yakni, mencapai 31% di banding dengan tahun 2007. bandingkan saja dengan hipermarket plus supermarket yang mencapai pertumbuhan 20% saja.
Minimarket memang punya keunggulan ketimbang jenis ritel yang lain. Seperti, dekat dengan daerah perumahan. “ Sehigga orang tidak perlu ongkos banyak, “ ujar Tirta Wijaya, Direktur Operasional PT Indomarco Prismatama, pengelola Indomaret. Orang kalau berbelanja di minimarket pun tidak seboros di tempat peritel lainya. Minimal kebutuhan yang memang dibutuhkanlah yang dicari.
Tapi, segala kelebihan minimarket itu harus dibarengi dengan pemilihan lokasi yang prima. Artinya, dekat dengan segmen pasar yang dituju. Nah, kini para peritel minimarket berlomba –lomba mencari tempat yang tepat sasaran. “ Untuk mencari lokasi yang bagus jelas tidak gampang , “ kata Fenny Djoko Susanto, Direktur Utama PT Sumber Alfaria Trijaya.
Untunglah pihak peritel punya strategi yang mirip untuk mengembangkan pasar yakni denganskema waralaba. Bahkan lewat skema ini target yang mereka canangkan bisa tercapai. “ Siapatahu ini sebagai peluang bagi orang yang terkena PHK, “ ucap Laurensius.
Tidak Cuma lewat cara mengembangkan minimarket, pelbagai program menjaring pasar juga dilakoni kedua peritel ini. Indomaret, contohnya, berupaya untuk melengkapi segala fasilitas yang ada. “ Kami ingin Indomaret menjadi one stop shoping, “ bukan membuat Indomaret bak hipermarket, tapi dengan menjadi agen penjual beberapa barang kebutuhan lain. Seperti voucer pulsa ponsel, ponsel, dan beragam produk lainya.
Istilahnya adalah virtual store.
Demi meningkatkan persaingan, manajemen Indomaret juaga melakukan pembenahan. Terutama mengembangkan toko minimarket yang buka hingga 24jam sehari seperti Circle K. untuk itu, Indomaret mengoperasikan sekitar 200toko yang bakal buka sepanjang hari. Tempatnya memang sengaja dipilih yang tidak pernah tidur alias selalu ramai.
Sudah cukup? Masih belum. Indomarco juga sudah mengembangkan varian terbaru dari Indomaret yang bernama Point Indomaret. Toko ini isinya mirip dengan Circle K yang menjual beberapa makanan dan minuman yang dibutuhkan saja. Gerai ini adanya di beberapa perkantoran dan apartemen strategis.
Lain Indomarco, lain lagi Alfaria. Strategi yang dia terapkan terbilang menyeluruh. Seperti, penambahan gerai Alfamart yang baru. Peritel ini juga menerapkan beberapa langkah strategis. Misalnya, berperan sebagai penyalur barang dagangan untuk toko rombong yang ada di kaki lima.
Meski program ini sebagai bentuk kemitraan kepada masyarakat, toh aspek bisnisnya tetap gurih buat Alfaria. Maklumlah, gerai Alfamart yang menjadi penyalur toko rombong itu memang menuai untung. Apalagi jumlah toko rombong yang menjadi mitra Alfamart kian bertambah. “ Sudah ada 500,” kata Fenny. Ia pun menyebut Alfaria bakal menyiapkan anggaran sebesar Rp 450 miliar untuk ekspansi usaha secara menyeluruh.
Meski para peritel minimarket sudah menyiapkan strategi bisnis yang mantap, toh mereka juga melihat adanya kendala yang cukup pelik. Fenny melihat untuk ekspansi bisnis itu jelas butuhtenaga kerja yang tidak sedikit. Ia menghitung, setiap toko setidaknya butuh 10orang tenaga kerja.” Masalahnya, mencari tenaga kerja yang andal itu susah, “ katanya.
Hal lain, peritel akhirnya juga bakal menghadapi daya beli yang bisa saja turun. Untuk mengatipasinya, indomaret sudah berbicara dengan para pemasok. Intinya adalah membuat kemasan produk yang lebih kecil, sehingga harga yang dibayar konsumen tidak terlalu mahal. “ Semua ini harus kami lakukan, karena tiga bulan pertama bisnis ritel pasti terkena dampak krisis, “ kata Laurensius.
Nah, semua peritel sudah ancang –ancang dalam menyosong tahun 2009. ini memang harus dilakukan mengingat persaingan yang sengit.. apalagi, tahun 2009.bakal ada peritel asing yang meramaikan kancah persaingan. Selain Lotte, ada Seven Eleven yang bermitra dengan Modern Group.
Pasar tradisional Masih Bisa Unggul
Selama ini peritel modern, baik itu minimarket hingga hipermarket, dicap sebagai kambing hitam mandulnya pasar tradisional bertarung di pasar ritel. Kesan jarak dan semrawut membuat pasar tradisional kalah kelas ketimbang pasar ritel modern.
Apakah demikian? Ternyata tidak sepenuhnya benar. AC Nielsen mencatat kalau pertumbuhan nilai mencatat belanja di pasar tradisional selama tahun 2008 mencapai 21% . Ini jelas lebih baik ketimbang hipermarket dan super market yang Cuma sanggup menggapai 20%.
Menurut Yongky Suryo Susilo, Direktur Retailer Service PT AC Nielsen Indonesia, ada karakteristik unik yang membuat pasar tradisional bisa bertahan di tengah gempuran para pengecer modern. “ Di toko atau pasar tradisional, konsumen bisa berutang lebih dulu, “ katanya. Maklum, segmen pasar tradisional memang banyak menyasar kalangan bawah,
Sudah begitu, belanja di pasar tradisional, menurut konsumen kelas, bawah tidak seboros kalau mereka berbelanja di pengecer modern. Bisa saja, ingin membeli barang A ternyata malah membawa barang B dan C. ini yang dihindari konsumen pasar tradisional. “ Padahal, secara harga bisa saja pasar tradisional lebih mahal. Ini lantaran factor ambil untung dari para pedagang , “ katanya.
Selain itu ada lagi kelebihan pasar tradisional ketimbang pasar modern. Yakni, soal produk- produk yang segar, seperti sayur mayor dan buah buahan. “ Produk- produk yang segar, seperti sayur mayor dan buah –buahan. “ Produk –produk ini termasuk fresh di pasar tradisional, “ tambahnya.
Pasar tradisional juga punya pelanggan yang setia. Siapakah? “ Ya , ibu- ibu kalau pagi larinya kepasar tradisional, “ timpal Sugianto Wibawa, Direktur Operasional PT Hero supermarket Tbk.
Meski begitu, suasana dan sarana yang ada di pasar tradisional hingga sekarang masih kalah jauh dibandingkan dengan peritel modern. Mulai dari tempat yang kotor, parkir yang tidak memadai, hingga banyaknya pungutan liar. Sebetulnya para pedagang di pasar tradisional sudah berteriak lantang.
“ Tapi, itu sebetulnya menjadi tugas pemerintah, “ kata Tutum Rahanta, Ketua Harian Aprindo, seolah tidak mau disalahkan.
Ia yakin pasar tradisional tidak akan tersingkir oleh pengecer modern. “ Masing- masing sudah ada segmen pasarnya, “ dalihnya.
Memang, pengecer modern banyak berkutat di kota- kota besar., terutama Jabodetabek. Di luar kawasan itu, masih banyak warga yang pergi ke pasar tradisional untuk berbelanja. “ Besarnya sekitar 70% “ kata Danny Konjongan, Direktur Korporat Komonitas PT Matahari Putra Prima.
Persaingan Semakin Sengit
Format peritel 2007 2008 2009
hipermarket Carrefour 31 57 ……
Giant hypermart 17 25 …….
Hypermart 36 43 49
Makro ( lote) 19 19 ……
Supermarket Giant supermarket 23 51 ……
Hero 71 50 ……
Ramayana 88 93 ……
Superindo 56 57 ……
Midimarket Alfamidi 3 60 ……
Minimarket Indomaret 2.425 3.100 4.000
Alfamart 2.266 2.750 3.250
Crcle K 120 197( sept) …….
Yamart 120 200 450
Sumber: riset KONTAN. AC Nielsen
Tidak ada komentar